Telah menjadi rahasia umum, jika di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah, ada ritual untuk mencari pesugihan seperti babi ngepet dan lainnya. Konon, demi mendapatkan pesugihan itu, seorang pelaku harus bercinta dengan pasangan tidak sah.
Tak ayal banyak orang dari berbagai wilayah di Indonesia datang berduyun-duyun ke Gunung Kemukus. Bagaimana ritual ini menjadi semacam tradisi dan tata cara sesat?
Tempat ritual ini berada di Gunung Kemukus, tepatnya terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumber Lawang, Kabupaten Sragen, 30 km sebelah utara Kota Solo.
Untuk mencapai daerah ini tidak terlalu sulit, dari Solo bisa naik bus jurusan Purwodadi dan turun di Belawan, dari situ di sebelah kiri jalan akan ditemukan pintu gerbang yang bertuliskan “Daerah Wisata Gunung Kemukus”, dari gerbang tersebut kita bisa naik ojek atau berjalan kaki menuju tempat penyeberangan dengan perahu.
Gunung Kemukus diidentikkan sebagai daerah wisata seks. Lantaran di sini, seseorang dapat nge-seks dengan bebas atas dasar menjalani lelaku untuk mendapatkan kekayaan dan kesuksesan.
Dalam aturan tak tertulis, setiap pelaku (peziarah) diharuskan menziarahi makam Pangeran Samudro sebanyak 7 kali pada hari-hari dan bulan yang diyakini bagus atau pada malam Jumat Pon dan Jumat Kliwon.
Di sana, mereka akan bercinta dengan seseorang yang bukan muhrimnya. Namun, jika pelaku membawa pasangan sendiri, dengan tujuan keamanan, tidak dipersoalkan.
Ritual seks di Gunung Kemukus berawal dari cerita legenda (cerita rakyat). Dikisahkan, zaman dulu, hiduplah seorang pangeran dari Kerajaan Majapahit (ada juga yang mengatakan dari Kerajaan Pajang) yang bernama Pangeran Samudro.
Menurut cerita legenda, Pangeran Samudro jatuh hati pada ibu kandungnya sendiri, yakni Dewi Ontrowulan. Hubungan inses itu diketahui Ayah Pangeran Samudro, sehingga dia murka dan mengusir Pangeran Samudro dari Kerajaan Pajang.
Pangeran Samudro pun pergi hingga dia tiba di Gunung Kemukus dan menetap di sana. Tidak lama, Dewi Ontrowulan menyusul putranya yang juga kekasihnya ke gunung yang sama. Pastinya, untuk melepas rindu. Ya, mereka hendak bercinta di Gunung Kemukus.
Sayang, belum sempat melakukannya, para penduduk memergoki mereka dan merajam mereka sampai keduanya meninggal. Keduanya dikubur di gunung itu dalam satu liang lahat.
Dalam cerita legenda lain disebutkan jika sebelum menghembuskan napas terakhir, Pangeran Samudro bersumpah, yaitu barang siapa melanjutkan hubungan suami-istri yang tak sempat terlaksana itu, maka segala keinginannya akan terkabul.
“Baiklah aku menyerah, tapi dengarlah sumpahku. Siapa yang mau meniru perbuatanku , itulah yang menebus dosaku dan aku akan membantunya dalam bentuk apapun.” Demikian sumpah yang diucapkan Pangeran Samudro di akhir hayatnya.
Cerita legenda tentang Pangeran Samudro ini kemudian melatarbelakangi ritual seks di Gunung Kemukus untuk mendapatkan kekayaan. Masyarakat yang bukan pelaku menilai jika cerita legenda tersebut digunakan sebagai ajang pesta seks.
Apabila terlaksana hajatnya, kedua pasangan tidak sah sebagai suami-istri ini mesti kembali untuk melakukan selamatan dan syukuran di Gunung Kemukus lagi.
Apabila tidak, kedua pasangan yang sudah berjanji di depan makam Pangeran Samudro ini bakal kembali hidup melarat. Bahkan, menurut mitos dan kepercayaan warga, kedua pasangan itu bisa mendapatkan celaka.