Dalam Terminologi Jawa, Tilam memiliki kandungan makna atau arti sebuah tikar yang terbuat dari anyaman daun yang dipergunakan untuk alas tidur, diistilahkan sebagai kondisi sedang tirakat atau prihatin. Masih tidur dengan alas yang keras belum dengan menggunaakan alas yang empuk. Sedangkan Sari memiliki arti bunga atau kembang yang memiliki filosofi luhur lambang rasa bakti terhadap orang tua. Kemulyaan hidup dan keharuman nama.

Pada zaman dahulu, para orang tua biasanya secara turun temurun akan memberikan putranya yang sedang menjalani pernikahan dengan keris dhapur Tilamsari, yang artinya untuk mengingatkan kepada sebuah tujuan yang hanya bisa dicapai dengan laku prihatin (tirakat) dan doa. Hakekat dan tujuan dari laku prihatin (tirakat) dan doa adalah usaha untuk menjaga agar kehidupan manusia selalu mendapatkan keberkahan dan kesejahteraan lahiriah dan batiniah, selamat dan sejahtera dalam lindungan Tuhan.
Selain hal di atas manusia juga agar dihindarkan dari berbagai kesulitan-kesulitan dan terkabul segala keinginannya. Yang membuat orang dapat berhasil mencapai tujuannya dengan menjalankan suatu laku prihatin (tirakat) adalah bukan semata-mata karena bentuk laku-nya, melainkan karena mereka akan tetap bijaksana dalam menjalankan hal-hal yang bersifat positif serta menjauhi hal-hal yang bersifat negatif.
“Sehingga segala sesuatu yang dikerjakan akan terkondisi pada arah yang benar untuk mencapai tujuannya, dan tentu saja doa merupakan kendaraan yang dapat mempercepat tujuannya,”kata Gus Cokro ST pakar Perkerisan Nasional bangga.