Mengulik Sekilas Petilasan “Keraton Gunung Kawi”, Konon Muncul Penampakan Monyet Putih

Mengulik Sekilas Petilasan “Keraton Gunung Kawi”, Konon Muncul Penampakan Monyet Putih

Kawasan Gunung Kawi tersohor sebagai tujuan wisata spiritual di Jawa timur. Setiap tahunnya ribuan wisatawan datang berbondong-bondong ke tempat ini melakukan ziarah.

Selain ” Pasarean Gunung Kawi “, yang merupakan tempat peristirahatan terakhir Kanjeng Kyai Zakaria II dan Raden Mas Iman Soedjono, dua tokoh kharismatik yang pertama kali babat alas di Gunung Kawi pada abad ke-19.

Jauh lebih tua di atasnya, terdapat pertapaan “Kraton Gunung Kawi” yang berada di tengah-tengah kesejukan hutan pinus Perhutani Jawa Timur. Untuk mencapai tempat ini diperlukan waktu setengah jam dari ” Pasarean “.

Kraton Gunung Kawi secara administratif berlokasi di Dusun Gendogo, Desa Balesari Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang. Situs “Kraton Gunung Kawi” ini menurut salah seorang juru peliharanya, sudah ada sejak tahun 861 dan tercantum dalam sebuah prasasti di Puncak Batutulis, Gunung Kawi.

Tahun 861 adalah tarikh kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dengan rajanya yaitu Empu Sindok (Kusumawardhani), seorang keturunan dinasti Syailendra yang hijrah ke Jawa Timur.

Pertapaan tersebut dibangun dengan menanam 5 pohon beringin jawa dan menempatkan batu gunung besar di tengahnya. Semua itu untuk mendukung aktivitas /meditasi mpu sindok hingga mencapai moksa. Kini tempat pertapaan Mpu Sindok tersebut bernama Sanggar Pamujaan Kraton Gunung Kawi.

Tempat ini merupakan sarana meditasi atau berkomunikasi dengan Tuhan oleh Raja-Raja sejak zaman Mpu Sindok hingga zaman Eyang Djoego. Didalamnya juga terdapat beberapa arca dan lubang untuk melakukan tapa pendem atau bertapa dalam tanah.

Pada tahun 1200 masehi, Prabu Kameswara, Raja Kediri yang bergelar Sri Maharajarake Sirikan Shri Kameshwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa (1115 – 1130 M), melakukan Lengser Keprabon Madek Pandhita (Turun tahta dan menjadi pertapa), dan menyepi di tempat ini setelah digantikan anaknya, Prabu Jayabaya.

Di lokasi ini juga terdapat Pura Agung Gunung Kawi (Pagah), di dalamnya terdapat sebuah pohon beringin tua yang kelima akarnya menjulang ke atas, dan menyatu pada ketinggian sekitar 1,5 meter, namun kondisi pohon tersebut, saat ini sudah mati dan tumbang, hanya tersisa akarnya yang unik tersebut.

Pura Agung Gunung Kawi ini, dulunya merupakan lokasi para raja-raja Jawa melakukan pertemuan, atau menghadap Mpu Sindok meminta ilham pemikiran-pemikiran bijak dalam membangun kerajaan.

Prabu Kameswara I pun saat tengah menghadapi kemelut politik kerajaan Kediri.  Konon, setelah bertapa di tempat ini, sang Prabu berhasil menyelesaikan kekacauan politik di kerajaannya.

Ken Arok, Raja pertama Singasari yang bergelar Sri Rajasa dan Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit pun diceritakan pernah bertapa di Keraton Gunung Kawi.

Pada jaman perjuangan, Bung Karno, Jenderal Soedirman, dan Supriyadi mengunjungi tempat ini untuk menyucikan diri dan menenangkan hati. Di kawasan ini terdapat beberapa bangunan, salah satunya Makam Eyang Jayadi dan Eyang Menik yang selesai dipugar Januari 2010.

Keduanya merupakan pengurus dari pertamanan dan perkebunan pada jaman prabu Kameswara I. Dibawahnya terdapat makam juru kunci pertama Keraton Gunung Kawi, yaitu Eyang Subroto, Eyang Djoyo, dan Eyang Hamit.

Kunjungan masyarakat dan wisatawan ke keraton Gunung Kawi mencapai puncaknya pada hari Kamis Legi, Jumat Kliwon dan malam Satu Suro. Selain itu beberapa fasilitas yang bisa didapatkan disekitar area adalah listrik, kamar mandi, area parkir, areal outbond, jalur extreme untuk Motorcross dan warung.