Saat malam-malam tertentu keris pusaka ini akan keluar rumah pemiliknya dalam wujud wanita cantik yang dikawal macan putih. Biasanya pada saat-saat itu ia sedang meronda mengamankan sekitar tempat tinggal majikannya….
Sebagai orang Jawa asli yang masih memegang teguh akan adat budaya leluhur, semua keluargaku dalam kehidupan kesehariannya masih memakai landasan hitungan Jawa. Hal tersebut juga diakibatkan lantaran mertuaku sendiri memang masih trah dari Mangkudipuro yang merupakan bagian dari kerajaan Kartosuro pada massa belum pecah menjadi Mangkunegaran dan Kasunanan.
Aku yang mempunyai seorang mertua keturunan bangsawan ini mau tak mau harus mengikuti tata cara serta adat istiadat keraton yang masih mereka pegng teguh kendati zaman sudah banyak mengalami kemajuan. Akan tetapi karena sudah menjadi adat, aku hanya bisa mengikuti apa yang sering mereka lakukan.
Karena sikapku yang penurut ini mertuaku menganggapku sebagai seorang menantu yang baik dan mengerti adat istiadat sebagai Orang Jawa. Oleh sebab itu aku sering diperhatikan lebih di bandingkan dengan menantu yang lainnya. Hingga pada suatu hari aku mendapatkan seorang tahu yang aku anggap aneh. Malam itu aku sudah tidur sejak sore hari.
Namun ketika hari hampir menjelang pukul 3.00 dini hari, tiba tiba pintu rumahku diketuk oleh seseorang. Aku yang mendengar ketukan tersebut langsung bangun dan berusaha membuka pintu untuk mengetahui siapa tamu yang datang di pagi buta tersebut. Ketika pintu aku buka, ternyata seorang wanita cantik laksana putri keraton yang datang ke rumahku.
Lebih aneh lagi putri cantik tersebut bertamu dengan pengawalan oleh seekor macan putih yang nampak sangat patuh kepada tuannya. Setelah saya persilahkan duduk, tamu cantik ini berkata. “ Haryo Kuncoro, ketahuilah aku adalah abdi dari mertuamu yang selama ini aku ikut dengannya. Namun sepertinya beliau tidak lama lagi akan dipundut okeh Hyang Jagat Noto. Sebagai ganti orang yang harus saya ikuti, maka aku memilihmu. Inipun juga seijin oleh mertuamu Raden Wiroyudho,” tuturnya dengan kata kata yang lemah lembut namun terdengar jelas dan tegas.
Sebagai orang Jawa yang sudah sering bergelut dengan ilmu kejawen aku sudah tahu siapa sebenarnya putri cantik tersebut. Untuk itu aku hanya bisa mengganggukkan kepala sebagai tanda setuju. “Kalau aku yang menjadi pilihanmu berarti kamu harus tunduk kepadaku,” jawabku. Dengan senyum manis putri cantik tersebut saambil menjawab. “Sepanjang itu untuk kebaikan aku akan tunduk kepadamu,”.
Dan…setelah itu putri cantik beserta pengawalnya wujud macan putih itu mohon pamit kepadaku. Setelah kejadian aku berpikir keras, mungkinkan sebuah senjata pusaka mertuaku telah memilih aku, padahal anak mertuaku khan banyak? pikirku dalam hati. Untuk itu aku segera berangkat ke Jember tempat tinggal mertuaku untuk memastikan apa yang baru saya alami.
Begitu aku sampai dirumah mertuaku ternyata mertuaku sudah mengerti apa yang akan saya pertanyakan kepadanya. Sebelum aku bertanya panjang lebar, mertuaku langsung berkata “ Haryo Kuncoro menantuku, ketahuilah sebenarnya tamumu malam itu adalah perwujudtan keris pusakaku yang selama ini mendampingiku,” Rupanya setelah aku meninggal nanti ia lebih memilihmu dari pada ikut anakku yang lain. Jadi ya aku restui. Karena sebuah pusaka itu memang ya cocok-cocokan,” kata mertuaku kala itu.
Kini aku baru yakin ternyata mertuaku juga memberi ijin untuk merawat pusakanya. Memang keris pusaka mertuaku ini memang tergolong sebuah keris yang sakti. Karena kesaktiannya warga desa yang tinggal disekitar mertuaku sering melihat pusaka keris sakti tersebut keluar rumah mertuaku dalam wujug seorang wanita cantik dan dikawal oleh seekor macan putih.
Awalnya seluruh warga merasa aneh dan heran, namun wanita cantik itu ternyata masuk ke dalam rumah mertuaku dan mereka baru mengetahui setelah mertuaku memberikan penjelasan kepada para warga mengenai apa dan siap wanita cantik yang bersama pengawalnya macan putih tersebut. “ Semua para warga kalau melihat wujud wanita cantik dan macan putih yang bersamanya, janganlah kalian takut sebab mereka itu adalah perwujudan dari pusaka kerisku yang keluar keliling untuk menjaga keamanan desa ini,” kata mertuaku menjelaskan kepada warga.
Sejak itu warga desa sekitar mertuaku tinggal sudah maklum jika melihat sosok wanita cantik yang dikawal oleh seekor macan putih. Mereka justru bersyukur karena desanya ada pengamannya.
Sebelum aku kembali ke desaku di Probolinggo mertuaku berkata. “ Berarti keris pusakuku ini cocoknya ikur bersamamu, jadi sekarang keris ini menjadi miliku dan rawatlah dengan baik,” kata mertuaku.
Aneh memang tanpa aku bawa, setelah aku kembali ke rumahku di Probolingga keris mertuaku tersebut sudah berada di rumahku. Padahal jarak antara Jember dan Probolingga cukup jauh. Gaib memang tidak terhalang oleh jarak ruang dan waktu. Dalam hati aku berkata keris ini memang benar benar sakti.
Setelah pusaka keris Sekar Sore milik mertuaku itu ikut aku sekitar satu bulan kemudian aku mendapati khabar kalau mertuaku telah meninggal dunia. Mertuaku memang orang yang sidik paningal (sakti) Untuk itulah sbelum beliau meninggal dunia keris pusakanya telah di anjurkan untuk memilih dari salah satu putranya yang akan diikuti.
Dan ternyata keris Sekar Sore yang berguna untuk menjaga rumah serta menjaga keselamatan pemiliknya itu telah memilihku. Aku sempat terharu setelah mndengar khabar meninggalnya mertuaku. Pada saat seluruh kelurga berkumpul aku ceritakan tentang keris pusaka mertuaku yang ingin ikut denganku.
Dan ternyata semua saudaraku tidak ada yang mempermasalhkannya. Hingga kini keris pusaka itu masih setia mendampingiku dan menjaga keamanan rumahku.
{Kisah nyata ini diceritakan mbah Tri Muji Hastuti, salah satu saudara mas Haryo Kuncoro di Probolingga}