Renaissans Eropa yang menandai tergusurnya zaman kegelapan Eropa atau Aufklarung kepada pencerahan Eropa yng berkemajuan dengan Iptek dan peradabannya. Sementara kebangkitan Renaissans Spiritual Nusantara Indonesia menandai tergusurnya zaman kegelapan Nusantara dari sesudah Era Paajang- Mataram sampai masa Bung Karno & Founding Fathers yang siuman dengan berdirinya rumah NKRI, dengan spirit Republik & meletakkan kereangka dasar Idealitas Holistik, tetapi kesadaran rakyatnya masih feodal, tradisional yang irasional (Prof Dr Soedjatmoko, Prof Dr Soedijarto}.
Nah… saat inilah era tersebut dengan kembalinya kesadaran Satria-satria Pinandita dari zaman awal, hingga kerajaan-kerajaan, kesultanan-kesultanan Kutai, Taruma Negara, Padjajaran, Sriwijaya, Majapahit dst, melalui “cipta, rasa dan karsa yang integritas holistik” dengan simbol kebangkitan Romo Galgendu dan kawan-kawan yang mempengarui perubahan peradaban secara keseluruhan.
Pada acara peringatan 7 hari wafatnya Bunda Warsi Parmawati (istri PNA Mas’ud Thoyib) 4 Januari 2024 llu, para tokoh-tokoh inti Datuk, Sultan-sultan dan Raja-raja Nusantara berta’Ziah sekaligus berkumpul untuk membhas Kebngkitan Spiritual Nusantara Indonesia bertempat di Jalan Kramat 4 no. 44 Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Para tokoh-tokoh yang ikut hadir adalah: Romo Sri Eko Galgendu, Sri Paduka Keraton Nusantara PNA Dr Mas’ud Thoyib MBA, Sri Paduka Agung Mharaja Kutai Prof.Dr MSP Iansyah, Yang Dipertuan Agung Ratu Srikandi Pertimi Elly Yuniarti MM, Permaisuri Sultan Ternate Ratu Boki Ratu Nita Budi Susanti, Kanjeng Abiyoso, Pangeran Arif, Kyai Syarif Rahmad, Kanjeng Ratih, Bunda Rahayu, Pangern Adipati Wiranegara Cirebon, Bapak Tulus, dkk.
PNA Mas’ud Thoyib mengatakan bahwa, Romo Sri Eko Galgendu setelah dikukuhkan oleh Umat Beragama sebagai Pemimpin Spiritual Indonesia, serta didaulat oleh para Datuk, Sultan dan Raja Nusantara menjadi tokoh Renaissans Nusantara di Kedaton Nusantara, Jakarta Timur pada tanggal 27 Desember 2023 lalu.
“Semoga beliau sebagai tokoh Dunia Spiritual Nusantara bangkit kembali, menginspirasi Kebangkitan Peradaban Nusantara Indonesia pada di segala bidang. Majapahit di Mojokerto yang sekecil itu, dengan Kuasa Illahi dan tangan dingin Mahapatih Gajahmada dapat menguasahi daerah Nusantara yang sekarang seluas ASEAN,” kata PNA Mas’ud Thoyib bangga.
Kita harus kembali ke titik “nol”, dengan kesadaran Manunggaling Kawulo Gusti yang sebenar-benarnya titik nol. “ Para leluhur Nusantara sudah tahu posisi kita, justru kita harus selalu rendah hati, sehingga tak ada lagi yang bisa merendahkan kita,” kata Yang Dipertuan Srikandi Pertiwi Elly Yuniarti.
Sementara itu acara 7 hari kembalinya Bunda Warsi Parmawati (Istri PNA Mas’ud Thoyib) ke Rahmatullah, ditandai dengan pembacaan Doa, Sholawat, Asmaul Husna dll dari Majelis Ta’lim Kaum ibu dan bapak.
“Terima kasih atas doa-doa dan bacaan-bacaan yang telah dibacakan, semoga Tuhan YME memberi jalan terang kepada istri saya alamarhum saat kembali kepada –Nya,” kata PNA Mas’ud Thoyib.
Sementara Kyai Syarif Rahmad menyampaikan bahwa setiap diri akan merasakan kematian berpindah dari alam hidup kepada alam kematian yang justru merupakan alam yang sebenar-benarnya.
“Nabi bersabda, perbanyak mengingat Sang Pemusnah Kelezatan. Karena sesudah itu tidak ada lagi kelezatan, selain berjumpa dengan Wajah-Nya. Bunda Warsi Parwati sudah pulang kehadirat-Nya, beliau perlu lampu terang, berada di Taman-taman Surga. Kita bangun lampu tersebut dengan kiriman doa-doa sholawat, tahlil, yasin dst di Taman Surga-Nya,” kata Kyai Syarif Rahmad.
Pada diri yang merasakan mati inilah, Cahaya Spiritual Nusantara diharapkan kembali mampu menapakkan kembali INGSUN (Keberadaan dari cahaya Illahi) yang berada dalam diri Manusia Nusantara. Cahaya Illahi yang sudah ada pada manusia yang jujur dan bersih inilah yang dapat menangkis bayangan kegelapan yang sekarang ada pada bangsa ini.
“Semoga kembalinya bangsa ini, menjadi bangsa spiritual akan mampu memancarkan kembali jati diri kebangsaan dan kenegaraannya. Semoga pertiwi menemukan kembali harapan RA Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang,” tutur Romo Sri Eko Galgendu. Penulis: Gus Badawi, Kerabat Kepemimpinan Spiritual Nusantara.