Wayang Milenial Jakarta, dalam rangka menyambut tahun baru 2023 akan menggelar pementasan seni budaya warisan leluhur, wayang kulit. Pementasan ini akan di bawakan langsung oleh “Sang Dalang Salto Sewengi Ping Seked” yakni, K.R.T. Ki.H. Gunarto Gunotalijendro.SH.MM pada hari Sabtu, tanggal 24 Desember 2022.
Pementasan kali ini dalang Nasional sejuta prestasi akan membawakan lakon Dewi Hagnyonowati, yang berisikan kisah cerita cinta segitiga. Acara pementasan kali ini agan di gelar di Taman 10 November, Tambaksari, Surabaya di mulai pukul 20.WIB s/d selesai.
“Sebagai seorang seni kita wajib dan harus terus melestarikan budaya warisan leluhur Nusantara agar tidak punah. Bahkan kita harus menularkan kepada kaum muda agar mereka juga tampil dan mengembangkan budaya kita ini,” tutur Dalang Duta Budaya Eropa dan Jepang, K.R.T. Ki.H. Gunarto Gunotalijendro.SH.MM serius.
Lakon pewayangan Dewi Hagnyonowati atau cinta segitiga merupakan kisah yang banyak dikenal dan di gemari oleh masyarakat pecinta seni wayang kulit. Para penggemarnya sudah banyak yang menunggu-nunggunya. Inilah kesempatan terbaik buat penggemar wayang kulit untuk langsung menyaksikan.
Nah… inilah sekilas ceritanya. Raja dari negeri Traju Trisna yang bernama Prabu Boma Narakasura adalah putra dari Raja Dwarawati Prabu Kresna dengan Dewi Pertiwi. Boma Narakasura memiliki perwajahan yang buruk sebab berwajah raksasa. Kendati demikian toh Boma dikenal sebagai raja sakti mandraguna lantaran memiliki aji Pancasona. Ajian ini memiliki keistimewaan bagi pemiliknya, ia tidak akan bisa mati jika tubuhnya masih menyentuh bumi.
Raja Traju Trisna Boma Narakasura telah menikahi Dewi Hagnyonowati, putri prabu Krentagnyana dari kerajaan Giyanti Putra. Awalnya pernikahannya tersebut tidaklah mulus, sebab sebenarnya Dewi Hagnyonowati hatinya telah terpaut oleh Raden Samba adik tiri Boma. Oleh sebab itu agar gagal menikah dengan Boma Dewi Hagnyonowati memberikan syarat yang berat. Syarat tersebut adalah agar Boma bisa mengambilkan bunya Trijata yang berasal khayangan Pustaka Kawedar, tempat Batara Kuwera tinggal.
Prabu Boma Narakasura menyanggupinya dan berangkatlah ke khayangan Pustaka Kawedar untuk mengambil bunga Trijata. Nampaknya yang menginginkan bunga tersebut tidaklah ia sendiri, rupanya Raden Samba yang juga adik tirinya, putra Prabu Kresna dan Dewi Jembawati juga sama sama menginginkan bunya Trijata. Akibatnya pertempuran pun terjadi, akhirnya Samba mengalah dan menyerahkan bunya Trijata kepada kakak tirinya.
Dewi Hagnyonowati sebenarnya menyintai Raden Samba yang memiliki wajah tampan serta berstatus putra Mahkota negeri Dwarawati. Tetapi cintanya bertepuk sebelah tangan sebab Raden Samba sebenarnya sudah menikah dengan Dewi Sagitawati, bahkan istrinya sedang mengandung calon anaknya.
Kendati sudah resmi menikah nampaknya hubungan rumah tangga Prabu Boma dan Dewi Hagnyonowati tidaklah mulus, apalagi sang dewi tidak pernah mau melayani suaminya. Bahkan Dewi Hagnyonowati akan melayani Prabu Boma Narakasura, jika suminya tersebut mau membuatkan jalan trand antara Negeri Traju Trisna menuju Negeri asalnya Negeri Giyanti Putra.
Menurut Boma, syarat tersebut adalah sangat berat, sebab nantinya jalur yang akan dilalui harus melewati istana yang sangat angker dan wingit yakni, Gada Medana yang merupakan tempat para nenek moyang Prabu Boma Narakasura di makamkan. Wah..ini hanyalah sebuah alasannya yang dibuat-buat saja.
Kala itu nampaknya Raden Samba secara tersembunyi masih melakukan hubungan gelap dengan Dewi Hagnyonowati, dan rupanya Prabu Boma mencium gelagat tersebut. Akhirnya Boma berniat untuk menikahkan adik tirinya dengan istrinya Dewi Hagnyonowati, dari pada terus menerus melakukan perselingkuhan.
Suatu ketika, Prabu Boma Narakasura, Dewi Hagnyonowati dan Raden Samba sedang melakukan perjalanan. Dalam perjalanan bertiga tersebut, kendaraan Boma yang disebut Garuda Wilmana memprovokasinya. Lantaran pengaruh provokasi tersebut membuat hati Boma Narakasura berkecambuk dan timbul cemburu yang membara. Kecemburuan tersebut akhirnya membuat Boma membunuh istrinya dan adik tirinya, dan tubuh keduanya di juing-juing atau di potong-potongnya.
Raja Dwarawati Prabu Kresna mendengar khabar itu sempat murka dan akhirnya sangat dendam kepada anaknya sendiri Boma Narakasura yang telah membunuh Samba dengan cara keji. Suatu saat ketika sedang ada uji kelayakan menunjukkan panglima perang Bharatayudha. Raden Gatotkaca dan Boma Narakasura bertanding untuk menunjukkan kepiawaiannya. Pada saat Raden Gatotkaca terdesak oleh Boma, tanpa diketahui oleh orang lain Prabu Kresna mencabut senjata Cakra dan melepaskan kearah Boma Narakasura. Akibat terkena senjata ampuh Prabu Kresna, matilah Boma Narakasura dan Gatotkaca terpilih sebagai panglima perang Bharatayudha nanti.
Dengan meninggalnya Boma Narakasura tersebut…tiba-tiba dari angkasa terdengarlah suara menggelegar “ Terkutuklah engkau wahaii.. Kresna karena engkau tak sesuai dengan perbuatan dan perkataanmu. Aku membela Boma sebab aku adalah kakeknya, Boma membunuh lantaran untuk mempertahankan kehormatannya, justru yang salah itu adalah Hagnyonowati dan anakmu Samba,” tutur Dewa Nagaraja.
Wah…wah…sungguh cerita yang luar biasa…harus dan wajib kita saksikan dan cermati pertunjukkan seni budaya wayang kulit ini. Apalagi yang akan mendalang adalah K.R.T. Ki.H. Gunarto Gunotalijendro.SH.MM yang juga peraih penhargaan prestisius Datuk Manggala Budaya Sastra Diraja ini, pasti akan memukau setiap penontonnya.
Sementara yang berhalangan hadir mennonton ke lokasi pementasan, pagelaran ini juga akan disiarkan langsung via channel Youtube… Andika Multimedia New dan Gatot Jatayu