Tahun Baru Budha, atau Lossar dimeriahkan dengan diadakannya festival besar di seluruh India. Upacara ritual ini diperkuat oleh pandangan-pandangan akan ajaran Budha tentang keabadian hidup dan mati. Hal ini diyakini seperti layaknya sebuah pintu yang menghubungkan antara kehidupan dan masa yang akan datang.
Ritual yang dilakukan untuk menyambut datangnya Tahun Baru telah dilakukan selama berabad-abad. Dan biasanya jatuh pada bulan Februari. Karena pada waktu-waktu inilah di mana musim dingin telah berlalu dan musim semi baru saja dimulai.
Para rahib yang ada di tengah-tengah masyarakatlah yang biasanya mengatur pelaksanaan upacara ini, sedangkan saat itu rakyat biasa tengah sibuk membersihkan dan menghias rumah. Selama seminggu mereka bersenandung setiap hari hingga malam hari tiba. Kuil-kuil dipenuhi dengan aneka uborampe persembahan untuk Sang Budha dan Yanna, Dewa kematian, yang juga dikenal dengan sebutan Shinjay.
Dua hari sebelum upacara dimulai, atau Gutoor, benar-benar dipersiapkan untuk mengakhiri tahun lama dan sebuah waktu dimana segala perbedaan harus dihapuskan. Semua kebencian yang ada dalam diri harus dihilangkan. Karena sekarang saatnya rakyat datang bersama dan saling merayakan.
Para biarawati biasanya menari tarian chams, yang waktunya diselang-seling dan dilakukan tepat menurut biara dimana mereka melangsungkan pertunjukkan. Ada juga tontonan. Tari topi hitam yang menceritakan tentang kehidupan di dunia dan setelah mati nantinya.
Pertunjukkan tari topi hitam ini muncul dari pintu masuk utama menuju ke kuil, dimana para pen-doa tengah mengucapkan syair ritual, mengiringi tarian masuk ke dalam lapangan. Setelah itu, para penari membentuk lingkaran. Nyanyian-nyanyian terus dikumandangkan sambung menyambung dengan cepat, begitu dalam dan melodusnya.
Disaat penari topi hitam memegang wadah berisi air dengan satu tangannya-sedangkan tangan yang lain memagang peralatan ritual terbuat dari kayu, di saat itulah rombongan penari tserkyem. Gerakan tarian ini sangat pelan namun mantap, bergerak ke depan dan belakang.
Ada juga tarian lainnya yang diperlihatkan. Disini, para penarinya memakai topeng untuk menutupi mukanya. Lain dengan tarian tserkyem, gerakan dari tarian ini sangat menghentak-hentak seperti layaknya orang yang sedang marah atau mengamuk. Orkestra “Lama” yang menjadi musik latar dan juga tarian lain untuk mengiringi jalannya proses upacara ritual tersebut.
Keesokan harinya, rombongan prosesi akan berjalan sambil berbaris menuju halaman luar biara atau ke tempat yang lebih dekat. Di tempat itu telah dipersiapkan timbunan rumput kering atau jerami. Lalu, pemimpin ritual mendekati timbunan itu dan melempar berbagai benda yang telah diserahkan sebelum ritual berlangsung. Ujung anak apanah yang telah diberi api kecil ditembakkan ke atas jerami, sehingga kobaran semakin membesar. Para biarawan yang hadir, penari dan peserta ritual berdiri membentuk lingkaran, melihat saat lidah api membakar habis jerami dan barang-barang yang ada didalamnya. Semua iblis dan kejahatan yang bersarang di tahun lalu, kini telah dimusnahkan. Ada suara tangisan Lha Jal Lo terdengar atau suara tangisan “Kemenangan Dewa”
Perayaan Tahun Baru juga merupakan bulan komarih pertama, dimulai saat awal pagi. Puja, nyanyian dengan syair-syair suci, dinyanyikan secara bersama-sama sebagai persembahan kepada Budha. Satu sendok kecil, minuman keras dibuang sebagai simbol pemberkatan. Hal itu bertujuan untuk memohon panjang umur, karena kita hidup tidak dari masa lalu, dibandingkan tujuan kearah kemampuan kita untuk mewujudkan perintah-perintah Budha.
Budha mengajarkan bahwa, meskipun ada kesengsaraan di dunia ini, manusia dapat memilih untuk tidak mengikuti jalan hidup itu. Ini, berarti, janganlah mengikuti hidup orang dari belakang, namun untuk hidup dengan sikap yang tidak terpengaruh dan kemampuan ini mudah didapat dengan cara meditasi.
Saat Puja berakhir dan orang-orang mulai berdatangan untuk memberi ucapan selamat Tahun Baru, subuh mulai menjelang, diiringi dengan senandung. “Lossar Tashi Delek”. Makanan-makanan disajikan selama upacara berlangsung, namun inilah waktunya untuk lebih formal dengan disajikannya chang , semacam minuman dari beras yang dipesan seperti anggur dan mengandung alkohol.
Lossar adalah waktu untuk bersantai dari aktivitas kehidupan sehari-hari. Setelah semau selesai, mereka bermain kartu atau catur, bahkan mengendari kuda sambil berlomba. Terkadang ada tari-tarian lagi yang disuguhkan, dengan lakon berjudul “Ling Gesar”, seorang pahlawan dari timur Tibet, raja ksatria yang mengalahkan berbagai macam rintangan dalam perjalannnya menuju kemenangan. Pria dan Wanita menari bersama-sama dengan memakai topi-topi dan membawa tiang-tiang kecil dan pedang.
Perayaan ini berakhir setelah 20 hari, diawali dengan upacara Gutoor. Rakyat yang tinggal diluar wilayah, sering pulang untuk mengikuti upacara Tahun Baru dan mengambil cuti untuk bertemu dengan sanak saudara mereka, saling memberi ucapan Tahun Baru.